SOKOGURU, JAKARTA- Pengusaha usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) berperan besar dalam pelestarian lingkungan dan kesejahteraan bangsa. Pencapaian itu diwujudkan dua pengusaha UMKM, yakni Saree Ulos dan Batik Organik.
Saree Ulos dan Batik Organik punya semangat mengenalkan produk khas Indonesia berupa wastra Nusantara ramah lingkungan yang sekaligus mampu memberdayakan masyarakat.
Founder Saree Ulos, Juliana Sianturi, salah satu peserta pada pameran Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2025, pada 7-10 Agustus 2025, mengaku mulai berkecimpung dalam kreasi songket ulos dengan tekad memberdayakan dan meningkatkan kesejahteraan perajin tenun di Danau Toba.
Baca juga: KBRI dan BI Tokyo Bawa 25 Jenama Indonesia pada Pameran Karya Kreatif Indonesia di Jepang
“Ini kami aplikasikan ke songket ulos agar dapat dinikmati bukan hanya oleh masyarakat Batak, tapi juga semua kalangan,” ujarnya pada pembukaan KKI, seperti dikutip keterangan resmi Kementerian UMKM, Sabtu, 9 Agustus 2025.
Pada acara yang berlangsung di Jakarta Internasional Convention Center, Jakarta itu, Juliana mengatakan, pada 2024, ia mengikuti program inkubasi Kementerian UMKM. Dari hanya fokus berjualan tenun, jiwa inovatif dalam diri Juliana tumbuh lewat program yang diinisiasi Kementerian UMKM.
“Saya mengkreasikan limbah pertanian menjadi bahan baku songket ulos dengan merek Saree Ulos. Limbah sawit, rami, pisang, dan nanas dimanfaatkan menjadi produk tenun yang ramah lingkungan dan bernilai jual tinggi. Selembar tenun dihargai mencapai Rp9 juta.” jelasnya.
Baca juga: ‘Business Matching’ Ekspor KKI 2024 Capai Rp264,7 miliar, Meningkat 26%.
Sebagai perintis songket ulos dari limbah sawit, Juliana pun memastikan para penenun mendapatkan keuntungan yang layak. Saree Ulos bermitra dengan 50 penenun. Mereka mendapatkan upah dari jasa tenun, serta jasa insentif sebesar 10% dari harga kain yang berhasil terjual.
“Ini kami aplikasikan ke songket ulos agar dapat dinikmati bukan hanya oleh masyarakat Batak, tapi juga semua kalangan,” imbuhnya.
Keunikan Saree Ulos membuat songket ulos dari limbah sawit menarik minat berbagai pihak, termasuk eksportir Indonesia yang biasa mengekspor produk ke Eropa dan Amerika.
Baca juga: Resmikan FEKDI x KKI, Presiden Minta Transformasi Digital Harus Inklusif, Berkeadlian
Juliana kini punya tekad baru mengembangkan limbah pertanian menjadi bahan baku benang khas Indonesia untuk memproduksi berbagai wastra Nusantara.
Dia berharap pemerintah bersinergi menghadirkan mesin pengolah limbah pertanian menjadi benang berkualitas. Kain alami dari limbah pertanian juga diharapkan menjadi daya tarik tersendiri dalam rangka melindungi produk lokal.
“Kami berharap limbah pertanian bisa dimaksimalkan menjadi benang khas Indonesia yang dipasarkan ke dunia internasional, kemudian menjadi barang bernilai jual tinggi,” tutupnya penuh harap.
Batik Organik
Semangat melestarikan lingkungan dan menyejahterakan bangsa juga digaungkan pengusaha UMKM asal Bogor, Ana Khairani. Dia mendirikan usaha Batik Organik dengan konsep keberlanjutan pada 2013.
“Kami memiliki visi global ingin mendirikan pusat riset edukasi serat dan warna alam yang diwujudkan melalui kain batik,” tuturnya yang turut menampilkan batiknya dalam ajang KKI 2025.
Ana bersama Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), berhasil mengekstrak daun, kulit buah, bunga, dan batang pohon menjadi pewarna alami batik.
“Batik Organik juga dibuat dengan kain dari serat alami kayu akasia, eucalyptus, katun, atau sutra eri. Serat ini bersifat biodegradable sehingga mudah terurai dalam tanah dan lebih ramah lingkungan,” terangnya..
Lewat Batik Organik, sambung Ana, ia juga membantu memberdayakan perempuan Indonesia. Batiknya menjadi karya inklusif buatan 54 ibu pembatik dari Desa Cipaku, Bogor. Para ibu mendapat edukasi, kaderisasi, dan pelatihan membatik.
Keberhasilan Ana menciptakan batik ramah lingkungan tak lepas dari dukungan Kementerian UMKM. Dia mengikuti program Entrepreneur Development yang memberikan pembinaan berupa peningkatan kapasitas produksi dan mentoring bisnis.
Menurutnya, Kementerian UMKM telah berperan penting dalam menumbuhkan semangat berinovasi, meningkatkan reputasi baik dan penjualan Batik Organik. Ana juga mendapat perlindungan legalitas, perluasan akses pasar, serta kesempatan tampil ke publik.
“Kami bersyukur program ini berkelanjutan dan masih menjadi ekosistem bisnis pendukung dalam berjejaring dan berkolaborasi dengan pihak lain,” tambahnya.
Saree Ulos dan Batik Organik menjadi contoh UMKM yang berhasil mengembangkan usaha mereka sekaligus mencintai lingkungan dan menyejahterakan bangsa Indonesia.
UMKM memang melekat erat dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Para pengusaha UMKM pun tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka menjadi salah satu pilar penggerak penting bagi bangsa ini baik sebagai pelestari maupun penopang ekonomi.
Festival UMKM KKI 2025 diselenggarakan oleh Bank Indonesia. Sebanyak 362 UMKM binaan Bank Indonesia yang telah dikurasi bersama 8 kementerian/lembaga hadir secara luring di JICC.(SG-1)